Gunung Lawu dan Misteri Pasar Setan, Pengalaman Pendaki di Pasar Setan

Gunung Lawu dan Misteri Pasar Setan, Pengalaman Pendaki di Pasar Setan


Gunung Lawu merupakan sebuah gunung yang terletak di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung ini terbentuk akibat aktivitas vulkanik, meskipun sekarang gunung ini berstatus tidak aktif. Banyak dari para pendaki gunung menjadikan Gunung Lawu sebagai tujuan pendakian mereka. Mereka yang mendaki gunung ini bisa melalui dua pintu masuk, yaitu Cemoro Sewu, yang terletak di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, dan Cemoro kandang yang terletak di kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Banyak dari pendaki yang telah berpengalaman memulai perjalannya pada pagi hari sebelum matahari muncul. Mereka menghindari bertemu dengan Pasar Setan, karena mereka akan tiba kembali kebawah sebelum petang. Pasar Setan merupakan fenomena gaib yang entah benar atau tidak, namun banyak juga orang yang telah mengalaminya.

Dalam sebuah cerita pengalaman seseorang yang pernah mendaki Gunung Lawu, ia mendengar suara bising dari luar tenda saat ia bermalam disana. “Bade tumbas nopo dek ?, begitulah kira kira suara yang mereka dengar, jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti Mau beli apa dik?.

“Saat kita mendengar suara tersebut, kita diharuskan membuang apapun yang ada disekitar kita, bisa rumput, batu, atau yang lainnya,”pesan salah satu pesan pendaki anggota Ganaspala kepada Jurnal Bekasi.
“Walaupun gunung lawu masih ada sepenggalan sejarah dan masih banyak rahasia mistik yang belum terungkap tetapi saya senang mengadakan pendakian gunung lawu, karena melihat fenorama gunung lawu sangat indah di saat sunrise dan menikmati ke indahan tuhan yang maha esa.

Saya tahu pasti setiap gunung pasti ada penghuni tetapi selama kita mengadakan pendakiian dan pelatihan kita nggak pernah melanggar pantangan gunung lawu dan kita tidak mengganggu mereka,sebelum kita melakukan pendakian kita memujatkan doa kepada tuhan agar di beri keselamatan dan kelancaran di saat pendakian,”ujarnya.

Ada lagi cerita lainnya yang merupakan pengalaman salah satu angota pendaki asal Bekasi yang pernah mendaki kesana. Ia bersama rombongan saat itu malam-malam meneruskan pendakian melewati sebuah tebing curam. Mereka berjalan disamping tebing berbaris sambil bergandengan tangan, kemudian ia mendengar suara berisik dari arah tebing tersebut. “Suaranya seperti keramaian di pasar,” cerita pendaki asal Bekasi. Namun ketika ia akan menoleh ke arah suara tersebut, tiba-tiba rekannya menampar wajahnya dari arah belakang agar ia tak menoleh ke arah tebing tersebut.

Gunung Lawu memiliki tiga puncak, yakni Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan Hargo Dumilah. Yang terakhir ini adalah puncak tertinggi.
Di lereng gunung ini terdapat sejumlah tempat yang populer sebagai tujuan wisata, terutama di daerah Tawangmangu, Cemorosewu, dan Sarangan. Agak ke bawah, di sisi barat terdapat dua komplek percandian dari masa akhir Majapahit, yakni Candi Sukuh dan Candi Cetho.

Di kaki gunung ini juga terletak komplek pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran, yaitu Astana Girilayu dan Astana Mangadeg. Di dekat komplek ini terletak Astana Giribangun, pemakaman untuk keluarga presiden kedua Indonesia, Soeharto.
Gunung Lawu menyimpan sejumlah teka-teki yang hingga kini masih menjadi misteri, terutama pada tiga puncak utamanya yang menjadi tempat penuh mitos bagi masyarakat Jawa. Puncak Hargo Dalem diyakini sebagai tempat pemusnahan diri Raja Majapahit Prabu Brawijaya Pamungkas. Sementara, Harga Dumilah merupakan lokasi penuh misteri yang menjadi tempat olah batin dan bersemedi.

Gunung Lawu disebut-sebut sebagai pusat kegiatan spiritual di Tanah jawa, yang bertalian erat dengan budaya dan tradisi Keraton Yogyakarta. Tak heran, setiap orang yang hendak melakukan pendakian ke puncak Gunung Lawu harus memahami dan mematuhi segala larangan. Jika melanggar, maka orang tersebut diyakini akan celaka di saat mendaki Gunung Lawu.

0 komentar: