Pulau Kaget di Kalimantan Keindahanya Bikin Kaget
Kalimantan yang terkenal pariwisatanya yang berhubungan dengan sungai, sebenarnya anggapan yang salah. masih banyak hal lain yang bisa dieksplor saat berwisata ke Pulau Borneo.Salah satunya, keberadaan cagar alam di dekat muara Sungai Barito yang mengalir melintasi kota Banjarmasin. Cagar alam ini cukup populer sebagai habitat monyet berhidung panjang (bekantan) yang merupakan salah satu primata unik ikon Kalimantan.
Cagar alam ini dinamakan Cagar Alam Pulau Kaget. Terletak di Kecamatan Tabunganen Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan, belum banyak turis yang menjelajahi tempat ini. Padahal Cagar Alam Pulau Kaget menawarkan keseruan tersendiri sebagai destinasi wisata.
Pulau Kaget sendiri adalah sebuah daerah berbentuk delta yang dibentuk dari endapan lumpur yang timbul di dasar sungai. Tanah subur pulau tersebut menyediakan mineral bagi berbagai vegetasi yang membentuk hutan lebat dan menjadi habitat beragam satwa liar nan unik.
Tidak ada data resmi yang menceritakan mengapa pulau ini dinamakan sebagai Pulau Kaget. Akan tetapi, banyak yang berpendapat bahwa nama tersebut diambil dari sensasi mengagetkan yang didapat ketika memasuki pulau itu. Para wisatawan akan disambut oleh suara riuh ratusan bekantan di atas pepohonan lebat.
Pulau yang memiliki luas sekitar 85 hektar ini dibentuk sebagai cagar alam pada tahun 1976 menyusul penegasan dari Kementerian Kehutanan.
Bekantan merupakan satwa yang dilindungi di tempat ini sekaligus menjadi daya tarik utamanya. Selain Bekantan, Cagar Alam Pulau Kaget juga menjadi rumah bagi kera ekor panjang, lutung, dan berbagai jenis burung langka seperti parkit, elang bondol, kingfisher, dan elang laut. Cagar alam ini juga menjadi rumah untuk berbagai vegetasi penting seperti mangrove (bakau), rambai, nipah, bakung, api-api, pandan dan jeruju.
Cagar Alam Pulau Kaget berada dekat dengan Banjarmasin, ibukota Kalimantan Selatan dan untuk menuju ke sana dapat ditempuh dengan speed boat selama lebih kurang 15 menit. Wisatawan dapat pula memilih transportasi lain, yaitu kapal kayu tradisional bernama klotok. Perjalanan menggunakan klotok memakan waktu sekitar satu setengah jam.
(Sumber: Situs Kemenpar, Indonesia.travel, merdeka.com)
0 komentar: